Inget jaman-jaman dulu, waktu seluler masih sesuatu yang langka.
Tarif sms ke sesama operator 150 perak, ke luar operator 300 perak.
Nelfon apalagi, lebih mahal!
Akhirnya, semua nomer-nomer yang tercatat di phonebook saya adalah nomer teman-teman seoperator,,
Mau komunikasi juga pengennya sama yang seoperator
Operator lain sudah ditalak tiga dari pilihan pertemanan lewat handphone,,
Maka jaringan teman-teman dekat saya di dunia nyata adalah teman-teman seoperator juga,,
Karena, yang seringnya berhubungan ya cuma sama yang seoperator
Tanpa disadari, dunia saya sesempit dunia operator!
Kasus perbedaan operator ini bahkan berpengaruh ke hubungan yang lebih serius, misalnya pacar,,
Sering dijumpai, kalo ada 'apel' yang kasmaran ama 'jeruk', sementara mereka berbeda operator, maka si 'apel' akan rela mengganti kartu selulernya agar sama dengan si 'jeruk'. Pilihan lainnya adalah punya lebih dari satu hp dimana hape yang satunya akan disama-operator-kan dengan sang gebetan.
Tujuannya jelas, biar murah kalo telpon ama sms-an untuk sekedar nanya "apa kabar?" "udah makan belum?"
#pertanyaan klasik dan monoton -__-'
Pasutri pun biasanya seoperator, atau minimal mengoleksi beberapa operator..
Maka jelas, virus ini mulai merambah ke dunia pernikahan
Jarang sekali ada pasangan yang berbeda operator
Penjajahan bawah sadar,,
Fu,,fu,,fu,,
Perbedaan operator sudah seperti perbedaan agama di mata saya
Kalo beda agama (di negara kita) susah nikah
Kalo beda operator (di negara kita) susah juga 'nikah'nya,,
Bahkan, meskipun sekarang tarif sms ke semua operator disamakan, tarif telponnya tetep aja beda,,
Tuh kan, kapan nih beda operator bisa 'nikah'??
Murahin dong tarifnya!
#menggalauriabersamahandphoneberpulsacekak
Saturday, December 3, 2011 at 3:06pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar