Ranupane, Semeru, TNBTS

Kamis, 22 Maret 2012

Menempatka cinta bukan pada tempatnya

Namanya Nasr bin Hajjaj
Ia pemuda paling tampan yang ada di Madinahdi masa Umar bin Khattab………
Secara diam-diam gadis-gadis Madinah mengidolakannya. Sampai suatu saat Umar mendengar seorang perempuan menyebut namanya dalam bait-bait puisi yang dilantunkan di malam hari…..

Umar pun mencari Nasr. Begitu melihatnya, Umar terpana dan mengatakan, ketampanannya telah menjadi fitnah bagi gadis-gadis Madinah. Akhirnya Umar pun memutuskan untuk mengirimnya ke Basra…..
Disini ia bermukim pada sebuah keluarga yang hidup bahagia.
Celakanya, Nasr justru cinta pada istri tuan rumah.
Wanita itu juga membalas cintanya.
Suatu saat mereka duduk bertiga bersama sang suami. Nasr menulis sesuatu dengan tangannya di atas tanah yang lalu dijawab oleh istri tuan rumah itu.
Karena buta huruf, suami yang sudah curiga itu pun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu.
Hasilnya: aku cinta padamu! Nasr tentu saja malu kerena ketahuan. Akhirnya ia meninggalkan keluarga itu dan hidup sendiri.
Tapi cintanya tak hilang. Dia menderita karenanya. Sampai ia jatuh sakit dan badannya kurus kering. Suami perempuan itu pun kasihan dan menyuruh istrinya untuk mengobati Nasr. Betapa gembiranya Nasr ketika perempuan itu datang.
Tapi cinta tak mungkin tersambung ke pelaminan. Mereka tidak melakukan dosa, memang. Tapi mereka menderita. Dan Nasr meninggal setelah itu.
Itu derita panjang dari sebuah cinta yang tumbuh dilahan yang salah. Tragis memang. Tapi ia tak kuasa menahan cintanya. Dan ia membayarnya dengan penderitaan hingga akhir hayat…..
Pastilah cinta yang begitu akan menjadi penyakit. Sebab cinta yang ini justru menemukan kekuatannya dengan sentuhan fisik. Makin intens sentuhan fisiknya, makin kuat dua jiwa saling tersambung.
Maka ketika sentuhan fisik jadi mustahil, cinta yang ini hanya akan berkembang jadi penyakit.
Itu sebabnya Islam memudahkan seluruh jalan menuju pelaminan. Semua ditata sesederhana mungkin. Mulai dari proses perkenalan, pelamaran, hingga, hingga mahar dan pesta pernikahan. Jangan ada tradisi yang menghalangi cinta dari jenis yang ini untuk sampai ke pelaminan……
Tapi mungkin halangannya bukan tradisi. Juga mungkin tidak selalu sama dengan kasus Nasr. Kadang-kadang misalnya, karena cinta tertolak atau tidak cukup memiliki alasan yang kuat untuk dilanjutkan dalam sebuah hubungan jangka panjang yang kokoh.
Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan.

Sahabat
Jika dirimu
mencintai seorang wanita
cintamu itu harus berakhir
dalam
SENTUHAN FISIK
DUA RAGA BERTEMU
DALAM PESONA DAN KENYAMANAN SURGA….
Dan itu hanya bisa
jika engkau
MENIKAH
Selain jalan itu
adalah salah
dan dosa
dan jika engkau
tak bisa menikahinya
segera lupakan dia
karena jika tidak
dirimu akan menderita selamanya
seperti Nasr
ya Pemuda itu…..
Dan engkau akan selalu menangisi
cintamu itu
seperti hujan yang tak pernah berhenti
menangis
selama masih ada kehidupan di bumi ini…..


Sumber: E-Mail Berantai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar