Malu bertanya sesat di jalan.
Ini pepatah udah ada dari jaman alif sampai sekarang, eksis di semua jaman.
Arti sempitnya, kalo lagi nyari alamat, banyak-banyak nanya biar nggak sesat.
Arti luasnya (menurut saya) tanyakan/ diskusikan segala sesuatu pada ahlinya yang lebih paham biar lebih akurat.
Pertanyaan
sendiri sebaiknya disampaikan secara langsung. Boleh lewat media
tulisan, perbincangan langsung jarak jauh, dan paling asyik kalo face to
face.
Jika anda berkomunikasi lewat media tulis-menulis, misalnya
sms atau surat, kelebihannya adalah bisa didokumentasi. Namun
kekurangannya anda tidak tahu nada si pembicara. Jika kita membaca
pesan tersebut dengan hati yang adem, terasa adem pula isi pesan. Tapi
kalau kita baca dengan hati mangkel, ya jatuhnya isi pesan ikut-ikutan
jelek. Padahal sih siapa tahu isinya biasa aja.
Jika komunikasi
dilakukan dengan perbincangan langsung jarak jauh, anda tentu bisa
mengetahui nada si pembicara. Tapi, anda tidak bisa melihat body
languagenya. Mulut bisa bohong bo, tapi mata engga, itu kata orang.
Paling
yahud kalo komunikasi dilakukan secara face to face. Soalnya kita bisa
langsung ngelihat ekspresi si pembicara, nada, body language, dan segala
hal yang mempengaruhi lancarnya komunikasi.
Lancarnya komunikasi akan menghindarkan anda dari salah persepsi.
Batasan nilai dari sebuah persepsi bisa mencapai limit tak hingga. Karena persepsi berhubungan langsung dengan prasangka dan
imajinasi. Persepsi bisa berkembang dengan sangat cepat meski dalam
hitungan detik. Ini tidak salah.
Permasalahannya adalah, apakah persepsi
itu benar? Hmm,,entahlah,,
Maka jika anda belum tahu, bertanyalah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar